larangan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
larangan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
larangan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
larangan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz DzimmahAsy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.” (1/441,
larangan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
larangan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim) (Lihat
Sabtu, 13 Februari 2010
Kamis, 21 Januari 2010
ADAB MENUNTUT ILMU ::
1. IKHLAS NIAT – Kewajipan ke atas setiap muslim di dalam memastikan niat ketika menuntut ilmu ikhlas kerana Allah dan bukannya untuk mencari habuan dunia yang sementara kerana Rasulullah S.A.W pernah memberi amaran yang mana Allah akan menyediakan tempat di dalam neraka bagi mereka yang menuntut ilmu untuk kesenangan dunia semata-mata tanpa memikirkan maslahat Islam dan ummatnya. Memang agak susah untuk ikhlas di dalam belajar tetapi kita mesti terus berusaha ke arahnya. Kita yang berada dalam sistem sekular yang mementingkan material menyebabkan kita terlupa bahawa ilmu yang dipelajari bukan untuk mendapatkan tempat dan kedudukan serta kerja tetapi adalah untuk menjauhkan kita daripada kejahilan yang mana dengan ini mampu menjadi perisai diri di dalam melawan arus kesesatan dan seterusnya membawa perubahan kepada keislaman. Jadikanlah diri kita sebagaimana padi yang mana semakin semakin berisi semakin tunduk ke bumi kerana rendah diri. Jangan jadi sebagaimana lalang yang tinggi semakin mendongak ke langit kerana sombong. Ingatlah bahawa orang yang benar ikhlas dalam menuntut ilmu sahaja yang mampu memiliki sifat terpuji termasuk merendah diri. Maksud firman Allah dalam ayat 235 surah al-Baqarah :.........Dan ketahuilah bahawa Allah mengetahui apa yang tersemat dalam hatimu maka takutlah kepadaNya dan ketahuilah bahawa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ingatlah bahawa setiap orang akan binasa melainkan orang yang berilmu, setiap orang yang berilmu akan binasa melainkan orang yang beramal dan setiap orang yang beramal akan binasa melainkan orang yang benar-benar ikhlas.
2. TEKUN BERUSAHA DAN TAWAKKAL - Sentiasa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran tanpa menurut keadaan dan masa dengan menghindari perasaan malas dan mudah jemu dengan buku pengajian. Ini dapat diatasi dengan membaca nota atau buku-buku yang kecil dan ringan atau mendengar kaset ceramah agama yang berbahasa Melayu dan sebaiknya berbahasa Arab.Perkara ini mampu melembut hati kita kerana sesiapa yang menjauhi nasihat ataupun tazkirah diri ditakuti Allah akan mengeraskan hatinya sebagaimana firman Allah dalam ayat 5 surah as-Sof yang bermaksud : Dan ingatlah ketika mana nabi Musa berkata kepada kaumnya :"Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku sedangkan kamu mengetahui bahawa aku ini adalah utusan Allah kepadamu?". Maka tatkala mereka buat endah tak endah sahaja lalu Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kerpada kaum yang fasik. Ayat ini walaupun menceritakan umat nabi Musa tetapi peringatannya terus kekal hingga sekarang untuk kita sama-sama ambil iktibar dan pengajaran daripadanya. Kita juga hendaklah mewujudkan suasana sekeliling terutama di rumah dengan budaya ilmu bukannya budaya yang dipenuhi dengan cara mewah dan kesenangan serta hiburan yang boleh menghilangkan perasaan semangat untuk menambah ilmu dan pengetahuan.Kita hendaklah mencontohi ulama'-ulama' silam yang mana mereka belajar dalam keadaan susah tetapi tekun yang mana mereka sentiasa berada dalam suasana belajar bukannya mewah dan penuh kesenangan yang menyebabkan hilangnya perasaan bersungguh untuk belajar.Disamping itu kita mestilah bertawakkal kepada Allah agar kejayaan diimpikan akan menjadi milik kita.Tawakkal yang dilakukan mestilah mencukupi syaratnya iaitu berusaha, tekun, yakin, tidak mudah putus asa dan menyerah natijah ataupun keputusan kepada Allah sepenuh hati.
3. MENJAUHI MAKSIAT – Kita mestilah menghidupkan budaya amar ma’ruf dan nahi munkar dalam diri dan suasana sekeliling mengikut kemampuan yang ada. Sesungguhnya ilmu itu adalah nur yang suci yang mana ia tidak dapat kita perolehi jika diri kita sentiasa disaluti dengan najis-najis dosa. Cubalah sedaya yang mungkin di dalam menghindari kehendak nafsu kita dengan menutup segala jalan menuju ke arahnya.Jangan sekali-kali kita membuka jalan kepada maksiat untuk bertapak di hati kita. Jangan terlalu mengambil mudah dan endah tak endah sahaja terhadap perkara maksiat ini yang mana ia boleh menjerumuskan kita kepada maksiat yang lebih besar lagi. Di zaman sekarang ramai orang memandang maksiat yang kecil seperti maksiat mata, mulut, telinga, tangan(internet ataupun tulisan) serta pergaulan antara lelaki dan perempuan yang halal berkahwin hanya suatu perkara yang biasa dan dirasakan ia bukannnya maksiat dan mereka hanya menganggap hanya dosa besar seperti berzina, mencuri, memukul orang dan lain-lain lagi sahaja sebagai maksiat. Dosa yang kecil jika dibuat berterusan akan menjadi dosa besar.
4. MEMILIH TEMAN YANG SOLEH - Pilihlah teman yang mampu membawa kita ke arah kebaikan dan cubalah hidupkan budaya nasihat menasihati antara satu sama lain di dalam rumah kita sendiri samada berbentuk rasmi seperti diskusi kitab atau melalui perbincangan yang tidak rasmi setiap hari.Loqman Al-Hakim pernah berpesan kepada anaknya supaya sentiasa bersama orang alim dan soleh serta menghadiri majlis ilmu kerana apabila Allah menurunkan keberkatan kita turut sama memperolehinya. Disamping itu apabila kita sentiasa bersama orang soleh akan menasihati kita ke arah kebaikan serta menegur kita apabila berlakunya kesilapan dan kesalahan. Ini kan mematangkan lagi diri kita disamping menambahkan lagi semangat kita dalam belajar. Ini bukan bermakna kita diminta menjauhi mereka yang tidak soleh sebaliknya kita diminta berdakwah kepada mereka setakat kemampuan yang ada dan jangan pula kita yang terpengaruh dengan cara hidup mereka. Ingatlah firman Allah dalam surah Al-Zukhruf ayat 67 yang bermaksud :Teman-teman yang rapat pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh kepada sebahagian yang lain kecuali mereka yang bertaqwa. Rasulullah S.A.W pernah berpesan kepada kita melalui hadis yang diriwayatkan oleh imam Tarmizi dan Abu Daud : Seseorang itu mengikut agama sahabat temannya. Maka hendaklah seseorang itu memerhati siapakah yang dijadikan teman.
5. BANYAKKAN ZIKRULLAH – Pastikan kita sentiasa solat lima waktu secara berjemaah dan mengamalkan wirid serta doa selepas solat walaupun ringkas kerana ulama’ sufi begitu menitik beratkan perkara wirid ini kerana ia boleh menghidupkan hati yang mati dan ia juga boleh mendatangkan perasaan ingin memusabahkan diri dengan amalan seharian. Tanpa wirid yang ma’thur selepas solat boleh menyebabkan perasaan zikrullah agak berkurangan dan ia boleh mendatangkan perasaan memudahkan segala kewajipan yang telah diperintahkan oleh Rabbul ‘Izzati. Jangan ajar diri kita melengah-lengahkan solat lima waktu kerana ia akhirnya mampu membawa diri kita ke arah mengabaikan solat. Bacalah Al-Quran sekurang-kurangnya sehelai setiap hari kerana ia merupakan ibu segala ubat. Hidupkan amalan-amalan sunat dalam setiap gerak kerja kita seharian kerana hidup yang sentiasa dihiasi dengannya akan sentiasa diberkati dan diredhai oleh Allah dan makhluk-Nya.
6. MENJAGA KEHORMATAN- Kita wajib menjaga kehormatan diri sendiri dan juga orang lain. Tutup segala ke'aiban diri dan orang lain kerana ia membawa kepada keredhaan Allah dan manusia lain kepada diri kita.Hanya orang yang mana kehidupannya dicucuri dengan keredhaan dan rahmat Allah sahaja yang mampu merasakan kebahagian di dalam kehidupan seharian. Manakala mereka yang jauh daripada rahmat Allah, hidup mereka dipenuhi dengan perkara yang kurang baik dan derita. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain kerana doa orang yang dizalimi adalah lebih bahaya daripada panah malam.Firman Allah dalam ayat 12 surah Al-Hujurat yang bermaksud : Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan perasaan prasangka, sesungguhnya sebahagian daripada prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah salah seorang daripada kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?. Maka sudah tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
7. DOA DAN KEREDHAAN IBUBAPA- Kita hendaklah sentiasa menjaga perasaan kedua ibubapa kita dan menghormati mereka dalam perkara yang tidak menyalahi syariat Islam. Sentiasa berhubung dengan mereka dan mengambil berat tentang keadaan keduanya serta mendoakan kebahagian mereka di dunia dan akhirat. Kita juga hendaklah sentiasa meminta agar mereka meredhai kita dan mendoakan kejayaan kita. Ingatlah bahawa keredhaan Allah bergantung kepada keredhaan ibubapa terhadap kita. Firman Allah dalam ayat 23 hingga 24 surah al-Isra' yang bermaksud : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibubapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang daripada keduanya ataupun kedua-duanya telah lanjut usia mereka dalam jagaan kamu, maka jangan sekali-kali kamu mengherdik kepada keduanya dengan perkataan "uf" dan janganlah kamu menghertak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucaplah : " Wahai Tuhanku! kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku semasa kecil".
8. MENGHORMATI GURU- Kita juga wajib menghormati guru dan mematuhi segala arahannya selagi mana tidak menyalahi kehendak Islam. Kita mesti patuh kepadanya walaupun fikrah atau pendapat kita berbeza. Kita pernah mendengar bagaimana imam As-Syafi'e walaupun berijtihad bahawa qunut di dalam solat Subuh sunat ab'adh(kena sujud sahwi jika tidak melakukannya) tetapi dia tidak melakukannya apabila mendirikan solat itu berhampiran maqam gurunya imam Malik kerana menghormati gurunya. Bagaimana dengan kita? Sesungguhnya ulama' silam begitu menitik beratkan masalah keberkatan ilmu, sedangkan kita hari ini tidak lagi mengendahkan perkara ini. Ini menyebabkan timbulnya pelbagai masalah terutama keruntuhan akhlak di kalangan remaja.Guru janganlah dianggap sebagai guru di sekolah, universiti atau di tempat pengajian sahaja tetapi kita mestilah menganggap bahawa dia pengajar dan secara langsung sebagai pendidik yang mesti dihormati walaupun di mana berada.Cubalah kita fikir dan renungi bersama tentang dua keadaan berbeza antara pelajar dulu dan sekarang mengenai pandangan dan penghormatan mereka terhadap guru. Tanpa ada keserasian dan kasih sayang yang wujud antara guru dan pelajar tidak memungkinkan berlakunya ketenteraman dalam kehidupan seharian.Oleh itu marilah kita sama-sama membina kembali keutuhan dan mahabbah antara guru dan pelajar agar ia mampu menyinarkan kembali suasana harmoni serta menghindari perkara negatif dalam kehidupan.
9. BERAMAL DENGAN SEGALA ILMU YANG DIPEROLEHI - Kita mengamalkan segala ilmu yang dipelajari setakat mana yang termampu oleh kita. Ulama' silam sentiasa mengingatkan kita bahawa orang yang berilmu dan tidak beramal dengan ilmunya akan dihumban ke dalam api neraka lebih dahulu daripada penyembah berhala. Jadikanlah ilmu yang dipelajari sebagai benteng daripada terjerumus ke kancah maksiat dan jadikanlah juga ia sebagai senjata di dalam mematahkan serangan musuh Islam serta jadikankanlah ia sebagai ubat yang mujarab di dalam menyembuhkan penyakit jahil dan batil di dalam masyarakat. Jangan jadikan ia sebagai barangan jualan untuk mengejar kekayaan dunia yang sementara. Berapa ramaikah yang telah dihinakan oleh Allah kerana melacurkan ilmu semata-mata untuk mengaut kemewahan dunia.Inilah merupakan antara sebab atau punca yang menyebabkan umat Islam terus mundur.Berapa ramaikah mereka yang belajar tentang al-Quran dan Hadis tetapi mereka dilaknat oleh keduanya kerana tidak merealisasikan segala apa yang dipelajari.Oleh itu kita mestilah beringat dan berhati-hati mengenai perkara ini demi kebahagian kita di dunia yang sementara dan akhirat yang kekal selamanya. Begitu mudah untuk memberi nasihat dan tazkirah tetapi begitu sukar untuk mengota dan merealisasikannya dalam kehidupan. Tanpa usaha yang bersungguh- sungguh, kita tidak mampu melaksanakannya.Samalah kita sama-sama menghayati firman Allah dalam ayat 2 hingga 3 surah as-Sof yang bermaksud :Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kotakan? Amat besar kebencian Allah di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kotakan.
AKHLAK MENUNTUT ILMU ::
1 ) Merasakan Tanggungjawab Ilmu
Diriwayatkan Daripada Muaz bin Jabal dia berkata RasulALLAH ShalALLAHu`alaihiwasalam bersabda:
“Tidak akan mara seseorang hamba di hari Akhirat melainkan telah ditanya mengenai 4 perkara: Berkenaan Umurnya ke mana yang telah dia habiskan. Berkenaan dengan Waktu mudanya apa yang telah dia lakukan. Berkenaan dengan hartanya dari mana diperolehinya dan ke mana dia belanjakan. Dan berkenaan dengan ilmu apa yang telah perbuat dengannya.”
(Riwayat oleh at-Tabarani dengan isnad yang sahih)
2 ) Menjaga Amanah Ilmiah
Sabda RasulALLAH ShalALLAHu`alaihiwasalam:
“Berilah nasihat pada ilmu, Sesungguhnya khianat seseorang daripada kamu terhadap ilmu adalah lebih dahsyat daripada khianatnya terhadap hartanya, Dan sesungguhnya ALLAH akan bertanya kepada kamu pada hari kiamat.”
(Riwayat At-Tabarani)
Di antara yang termasuk dalam daerah amanah ilmu adalah beberapa perkara berikut.
* Menasabkan atau menyandarkan pendapat dan fikrah (buah fikiran) kepada Tuannya.
* Menyampaikan ilmu yang diketahui, dan tidak malu untuk mengatakan “tidak tahu” jika dia tidak mengetahuinya.
3 ) Tawadduk
Para Ilmuan yang menyedari bahawa ilmu adalah lautan yang tidak bertepi tidak akan merasa sombong dan bangga dengan apa yang ada pada mereka. Bahkan selagi bertambah ilmu di dada, semakin bertambah sifat tawadduk.
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Tidak diberi kepada kamu ilmu kecuali sedikit sahaja.”
( Surah al-Isra’ ayat 85 )
4 ) Mulia Diri (Al-Izzah)
Para ilmuan hendaklah merasa mulia diri tidak merendahkan diri apabila berhadapan dengan pemerintah, golongan bangsawan, golongan kaya-raya dan yang seumpamanya,
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Kekuatan itu hanyalah kepada ALLAH, bagi RasulNya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.”
( Surah al-Munafiqun ayat 8 )
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi ALLAH-lah kemuliaan itu semuanya.”
( Surah Fathiir ayat 10 )
5 ) Beramal Dengan Apa Yang Dipelajari
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu sendiri melupakan diri (kewajiban)mu sendiri padahal kamu mambaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berfikir?”
( Surah al-Baqarah ayat 44 )
6 ) Sentiasa Berusaha Untuk Menyampaikan Ilmu
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Dan (ingatlah) ketika ALLAH mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (iaitu):“Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya”, lalu mereka melemparkan janji itu ) ke belakang punggung mereka dan mereka menukarkannya dengan harga yang sedikit, Amatlah buruk tukaran mereka terima.”
( Surah Ali Imran ayat 187 )
ADAB TERHADAP GURU
Di antara adab yang harus dimiliki oleh seorang murid adalah murid tidak diperkenankan berbicara di depan guru kecuali seperlunya, dan tidak menampakkkan sedikit pun keadaan dirinya di depan guru. Dia juga tidak sepatutnya menggelar sajadahnya di depan guru kecuali pada waktu melakukan shalat. Jika telah selesai shalat, hendaknya dia segera melipat kembali sajadahnya. Murid harus selalu siap melayani gurunya dan orang yang duduk diruangannya dengan senang hati, ringan dan cekatan. Seorang murid harus bersunguh-sungguh jangan sampai menggelar sajadahnya sedang di atasnya ada orang yang lebih tinggi tingkatannya. Dia juga tidak boleh mendekatkan sajadahnya kepada sajadah orang yang lebih tinggi itu kecuali dengan izinnnya. Karena hal demikian dianggap kurang beradab bagi mereka.
Bila menemukan kemusykilan gurunya, seorang murid hendaknya diam meskipun memiliki penjelasan dan jawaban mengenainya. Akan tetapi, dia boleh mengambil apa yang telah Allah SWT bukakan baginya melalui lisan gurunya, kemudian menerima dan mengamalkannya. Jika melihat ada kekurangan dalam jawaban gurunya, seorang murdi tidak boleh membantah atau menolaknya. Bahkan, dia harus bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepadanya berupa keutamaan, ilmu, dan nur yang disembunyikan dalam dirinya. Dia tidak boleh memperpanjang perbincangannya dan tidak boleh mengatakan mengatakan,”Guru telah salah dalam masalah ini.” Dia tidak boleh membantah ucapannya kecuali terjadi secara spontan dan tidak sengaja. Jika demikian, dia harus segera menghantikan ucapannya dan menggantikan dengan diam, dan taubat serta bertekad tidak akan mengulanginya.
Murid juga tidak sepatutnya banyak bergerak seaktu mendengar di depan guru kecuali karena mendapat isyarat darinya. Dia juga tidak sepatutnya melihat pada dirinya memiliki suatu keadaan kecuali terjadi padanya suatu hal yang memaksanya untuk membedakan dan memilih. Apabila hal itu telah reda, hendaknya dia kembali kepada keadaan semula, diam penuh adab, tawadhu’ dan menyembunyikan rahasia yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Sungguh, kami telah menyebutkan hal ini, yakni tentang sikap, perbuatan atau ucapan yang tidak baik bagi seorang murid, tetapi kini justru kadang terjadi di madrasah atau pondok mereka. Memang tidak dipungkiri, murid yang dapat melakukan adab yang demikian sempurna itu termasuk murid yang benar dan bersungguh-sungguh. Sehingga makna sesuatu yang telah dia dengar itu menyalakan cahaya kebenaran dan menguatkannya. Kemudian dia akan sibuk di dalam cahaya itu dan tenggelam di dalamnya. Anggota badannya bergerak di tengah kaum, namun sebenarnya dia berada di sebuah batas yang penuh dengan kelezatan watak dan keinginan. Tiap orang akan membayangkan dekat orang yang merindukannya.
Murid yang bersungguh-sungguh, api kerinduannya tidak akan padam dan pancarannya tidak akan pernah redup. Kekasihnya tidak pernah ghaib dan penghiburnya tidak akan pernah jauh. Murid seperti ini akan senantiasa bertambah dalam kedekatan, kelezatan, dan kenikmatan. Tidak ada yang dapat mengguncangkan atau merubah keadaannya selain ucapan Dzat Yang dikehendakinya dan pembicaraan Dzat Yang Menolongnya. Meskipun pada saat itu, didekatnya banyak syair. Nyanyian, suara-suara teman-teman syetan, para pengikut hawa nafsu, dan para pengejar kesenangan. Seorang murid hendaknya tidak menentang seseorang pada saat ia mendengarkan dan tidak menolak seseorang dalam menuntut sesuatu yang diinginkan dan dirindukannya, berupa surga dan bidadari serta melihat Allah SWT di akhirat, yang mana ia telah zuhud terhadap dunia, kelezatan dan kesenangannya, anak-anak dan wanitanya. Ia telah berani bersabar atau keburukan, ujian dan cobaan di dunia serta berpaling kepada anak-anak di akhirat. Hendaknya dia menyerahkan semua itu kepada para guru yang ada. Sesungguhnya mereka itu dalam kekuasaan guru.
Bila belajar pada seseorang guru, dia harus percaya bahwa dikampung itu tidak ada orang yang lebih utama dari gurunya, sehingga dia akan berhasil mendapatkan apa yang dia cita-citakan, dan sang guru akan dapat menghadapkan kepada Allah SWT. Murid harus menjaga rahasianya ketika berkhidmat bersama Allah SWT dalam mencapai kehendaknya. Dia harus menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaannnya. Sesungguhnya melawan guru adalah racun yang sangat berbahaya. Jadi, jangan sampai murid menentang guru, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Dia tidak boleh menyembunyikan sedikitpun keadaan dan rahasianya terhadap guru, dan tidak memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diperintahkan kepadanya. Tidak sepatutnya bagi seorang murid bertekad meminta kemurahan atau meminta kembali kepada apa yang telah ditinggalkannya karena Allah SWT. Sesungguhnya hal itu merupakan kesalahan besar sekaligus kerusakan kehendak bagi ahli tharekat. Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW,”Orang yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”. Dia harus bersungguh-sungguh berpegang pada adab yang telah diperintahkan oleh gurunya, jangan sampai menjadi kurang beradab. Jika terjadi kekurangan dalam melaksanakan apa yang telah diisyararatkan gurunya, maka murid harus memberitahukan hal itu kepada gurunya sehingga guru akan memberikan arahan yang sesuai dengannya dan mendoakan agar mendapatkan taufik, kemudahan dan keberhasilan.
AKHLAK TERHADAP GURU
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan karana Allah.
b. Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
c. Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
d. Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
e. Jangan berjalan dihadapannya.
f. Jangan duduk ditempat duduknya.
g. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
h. Jangan membukakan rahasia guru.
i. Jangan melawan dan menipu guru.
j. Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
k. Memuliakan keluarganya.
l. Memuliakan sahabat karib guru.
1. IKHLAS NIAT – Kewajipan ke atas setiap muslim di dalam memastikan niat ketika menuntut ilmu ikhlas kerana Allah dan bukannya untuk mencari habuan dunia yang sementara kerana Rasulullah S.A.W pernah memberi amaran yang mana Allah akan menyediakan tempat di dalam neraka bagi mereka yang menuntut ilmu untuk kesenangan dunia semata-mata tanpa memikirkan maslahat Islam dan ummatnya. Memang agak susah untuk ikhlas di dalam belajar tetapi kita mesti terus berusaha ke arahnya. Kita yang berada dalam sistem sekular yang mementingkan material menyebabkan kita terlupa bahawa ilmu yang dipelajari bukan untuk mendapatkan tempat dan kedudukan serta kerja tetapi adalah untuk menjauhkan kita daripada kejahilan yang mana dengan ini mampu menjadi perisai diri di dalam melawan arus kesesatan dan seterusnya membawa perubahan kepada keislaman. Jadikanlah diri kita sebagaimana padi yang mana semakin semakin berisi semakin tunduk ke bumi kerana rendah diri. Jangan jadi sebagaimana lalang yang tinggi semakin mendongak ke langit kerana sombong. Ingatlah bahawa orang yang benar ikhlas dalam menuntut ilmu sahaja yang mampu memiliki sifat terpuji termasuk merendah diri. Maksud firman Allah dalam ayat 235 surah al-Baqarah :.........Dan ketahuilah bahawa Allah mengetahui apa yang tersemat dalam hatimu maka takutlah kepadaNya dan ketahuilah bahawa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ingatlah bahawa setiap orang akan binasa melainkan orang yang berilmu, setiap orang yang berilmu akan binasa melainkan orang yang beramal dan setiap orang yang beramal akan binasa melainkan orang yang benar-benar ikhlas.
2. TEKUN BERUSAHA DAN TAWAKKAL - Sentiasa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran tanpa menurut keadaan dan masa dengan menghindari perasaan malas dan mudah jemu dengan buku pengajian. Ini dapat diatasi dengan membaca nota atau buku-buku yang kecil dan ringan atau mendengar kaset ceramah agama yang berbahasa Melayu dan sebaiknya berbahasa Arab.Perkara ini mampu melembut hati kita kerana sesiapa yang menjauhi nasihat ataupun tazkirah diri ditakuti Allah akan mengeraskan hatinya sebagaimana firman Allah dalam ayat 5 surah as-Sof yang bermaksud : Dan ingatlah ketika mana nabi Musa berkata kepada kaumnya :"Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku sedangkan kamu mengetahui bahawa aku ini adalah utusan Allah kepadamu?". Maka tatkala mereka buat endah tak endah sahaja lalu Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kerpada kaum yang fasik. Ayat ini walaupun menceritakan umat nabi Musa tetapi peringatannya terus kekal hingga sekarang untuk kita sama-sama ambil iktibar dan pengajaran daripadanya. Kita juga hendaklah mewujudkan suasana sekeliling terutama di rumah dengan budaya ilmu bukannya budaya yang dipenuhi dengan cara mewah dan kesenangan serta hiburan yang boleh menghilangkan perasaan semangat untuk menambah ilmu dan pengetahuan.Kita hendaklah mencontohi ulama'-ulama' silam yang mana mereka belajar dalam keadaan susah tetapi tekun yang mana mereka sentiasa berada dalam suasana belajar bukannya mewah dan penuh kesenangan yang menyebabkan hilangnya perasaan bersungguh untuk belajar.Disamping itu kita mestilah bertawakkal kepada Allah agar kejayaan diimpikan akan menjadi milik kita.Tawakkal yang dilakukan mestilah mencukupi syaratnya iaitu berusaha, tekun, yakin, tidak mudah putus asa dan menyerah natijah ataupun keputusan kepada Allah sepenuh hati.
3. MENJAUHI MAKSIAT – Kita mestilah menghidupkan budaya amar ma’ruf dan nahi munkar dalam diri dan suasana sekeliling mengikut kemampuan yang ada. Sesungguhnya ilmu itu adalah nur yang suci yang mana ia tidak dapat kita perolehi jika diri kita sentiasa disaluti dengan najis-najis dosa. Cubalah sedaya yang mungkin di dalam menghindari kehendak nafsu kita dengan menutup segala jalan menuju ke arahnya.Jangan sekali-kali kita membuka jalan kepada maksiat untuk bertapak di hati kita. Jangan terlalu mengambil mudah dan endah tak endah sahaja terhadap perkara maksiat ini yang mana ia boleh menjerumuskan kita kepada maksiat yang lebih besar lagi. Di zaman sekarang ramai orang memandang maksiat yang kecil seperti maksiat mata, mulut, telinga, tangan(internet ataupun tulisan) serta pergaulan antara lelaki dan perempuan yang halal berkahwin hanya suatu perkara yang biasa dan dirasakan ia bukannnya maksiat dan mereka hanya menganggap hanya dosa besar seperti berzina, mencuri, memukul orang dan lain-lain lagi sahaja sebagai maksiat. Dosa yang kecil jika dibuat berterusan akan menjadi dosa besar.
4. MEMILIH TEMAN YANG SOLEH - Pilihlah teman yang mampu membawa kita ke arah kebaikan dan cubalah hidupkan budaya nasihat menasihati antara satu sama lain di dalam rumah kita sendiri samada berbentuk rasmi seperti diskusi kitab atau melalui perbincangan yang tidak rasmi setiap hari.Loqman Al-Hakim pernah berpesan kepada anaknya supaya sentiasa bersama orang alim dan soleh serta menghadiri majlis ilmu kerana apabila Allah menurunkan keberkatan kita turut sama memperolehinya. Disamping itu apabila kita sentiasa bersama orang soleh akan menasihati kita ke arah kebaikan serta menegur kita apabila berlakunya kesilapan dan kesalahan. Ini kan mematangkan lagi diri kita disamping menambahkan lagi semangat kita dalam belajar. Ini bukan bermakna kita diminta menjauhi mereka yang tidak soleh sebaliknya kita diminta berdakwah kepada mereka setakat kemampuan yang ada dan jangan pula kita yang terpengaruh dengan cara hidup mereka. Ingatlah firman Allah dalam surah Al-Zukhruf ayat 67 yang bermaksud :Teman-teman yang rapat pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh kepada sebahagian yang lain kecuali mereka yang bertaqwa. Rasulullah S.A.W pernah berpesan kepada kita melalui hadis yang diriwayatkan oleh imam Tarmizi dan Abu Daud : Seseorang itu mengikut agama sahabat temannya. Maka hendaklah seseorang itu memerhati siapakah yang dijadikan teman.
5. BANYAKKAN ZIKRULLAH – Pastikan kita sentiasa solat lima waktu secara berjemaah dan mengamalkan wirid serta doa selepas solat walaupun ringkas kerana ulama’ sufi begitu menitik beratkan perkara wirid ini kerana ia boleh menghidupkan hati yang mati dan ia juga boleh mendatangkan perasaan ingin memusabahkan diri dengan amalan seharian. Tanpa wirid yang ma’thur selepas solat boleh menyebabkan perasaan zikrullah agak berkurangan dan ia boleh mendatangkan perasaan memudahkan segala kewajipan yang telah diperintahkan oleh Rabbul ‘Izzati. Jangan ajar diri kita melengah-lengahkan solat lima waktu kerana ia akhirnya mampu membawa diri kita ke arah mengabaikan solat. Bacalah Al-Quran sekurang-kurangnya sehelai setiap hari kerana ia merupakan ibu segala ubat. Hidupkan amalan-amalan sunat dalam setiap gerak kerja kita seharian kerana hidup yang sentiasa dihiasi dengannya akan sentiasa diberkati dan diredhai oleh Allah dan makhluk-Nya.
6. MENJAGA KEHORMATAN- Kita wajib menjaga kehormatan diri sendiri dan juga orang lain. Tutup segala ke'aiban diri dan orang lain kerana ia membawa kepada keredhaan Allah dan manusia lain kepada diri kita.Hanya orang yang mana kehidupannya dicucuri dengan keredhaan dan rahmat Allah sahaja yang mampu merasakan kebahagian di dalam kehidupan seharian. Manakala mereka yang jauh daripada rahmat Allah, hidup mereka dipenuhi dengan perkara yang kurang baik dan derita. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain kerana doa orang yang dizalimi adalah lebih bahaya daripada panah malam.Firman Allah dalam ayat 12 surah Al-Hujurat yang bermaksud : Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan perasaan prasangka, sesungguhnya sebahagian daripada prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan janganlah pula sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Adakah salah seorang daripada kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?. Maka sudah tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
7. DOA DAN KEREDHAAN IBUBAPA- Kita hendaklah sentiasa menjaga perasaan kedua ibubapa kita dan menghormati mereka dalam perkara yang tidak menyalahi syariat Islam. Sentiasa berhubung dengan mereka dan mengambil berat tentang keadaan keduanya serta mendoakan kebahagian mereka di dunia dan akhirat. Kita juga hendaklah sentiasa meminta agar mereka meredhai kita dan mendoakan kejayaan kita. Ingatlah bahawa keredhaan Allah bergantung kepada keredhaan ibubapa terhadap kita. Firman Allah dalam ayat 23 hingga 24 surah al-Isra' yang bermaksud : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibubapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang daripada keduanya ataupun kedua-duanya telah lanjut usia mereka dalam jagaan kamu, maka jangan sekali-kali kamu mengherdik kepada keduanya dengan perkataan "uf" dan janganlah kamu menghertak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucaplah : " Wahai Tuhanku! kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku semasa kecil".
8. MENGHORMATI GURU- Kita juga wajib menghormati guru dan mematuhi segala arahannya selagi mana tidak menyalahi kehendak Islam. Kita mesti patuh kepadanya walaupun fikrah atau pendapat kita berbeza. Kita pernah mendengar bagaimana imam As-Syafi'e walaupun berijtihad bahawa qunut di dalam solat Subuh sunat ab'adh(kena sujud sahwi jika tidak melakukannya) tetapi dia tidak melakukannya apabila mendirikan solat itu berhampiran maqam gurunya imam Malik kerana menghormati gurunya. Bagaimana dengan kita? Sesungguhnya ulama' silam begitu menitik beratkan masalah keberkatan ilmu, sedangkan kita hari ini tidak lagi mengendahkan perkara ini. Ini menyebabkan timbulnya pelbagai masalah terutama keruntuhan akhlak di kalangan remaja.Guru janganlah dianggap sebagai guru di sekolah, universiti atau di tempat pengajian sahaja tetapi kita mestilah menganggap bahawa dia pengajar dan secara langsung sebagai pendidik yang mesti dihormati walaupun di mana berada.Cubalah kita fikir dan renungi bersama tentang dua keadaan berbeza antara pelajar dulu dan sekarang mengenai pandangan dan penghormatan mereka terhadap guru. Tanpa ada keserasian dan kasih sayang yang wujud antara guru dan pelajar tidak memungkinkan berlakunya ketenteraman dalam kehidupan seharian.Oleh itu marilah kita sama-sama membina kembali keutuhan dan mahabbah antara guru dan pelajar agar ia mampu menyinarkan kembali suasana harmoni serta menghindari perkara negatif dalam kehidupan.
9. BERAMAL DENGAN SEGALA ILMU YANG DIPEROLEHI - Kita mengamalkan segala ilmu yang dipelajari setakat mana yang termampu oleh kita. Ulama' silam sentiasa mengingatkan kita bahawa orang yang berilmu dan tidak beramal dengan ilmunya akan dihumban ke dalam api neraka lebih dahulu daripada penyembah berhala. Jadikanlah ilmu yang dipelajari sebagai benteng daripada terjerumus ke kancah maksiat dan jadikanlah juga ia sebagai senjata di dalam mematahkan serangan musuh Islam serta jadikankanlah ia sebagai ubat yang mujarab di dalam menyembuhkan penyakit jahil dan batil di dalam masyarakat. Jangan jadikan ia sebagai barangan jualan untuk mengejar kekayaan dunia yang sementara. Berapa ramaikah yang telah dihinakan oleh Allah kerana melacurkan ilmu semata-mata untuk mengaut kemewahan dunia.Inilah merupakan antara sebab atau punca yang menyebabkan umat Islam terus mundur.Berapa ramaikah mereka yang belajar tentang al-Quran dan Hadis tetapi mereka dilaknat oleh keduanya kerana tidak merealisasikan segala apa yang dipelajari.Oleh itu kita mestilah beringat dan berhati-hati mengenai perkara ini demi kebahagian kita di dunia yang sementara dan akhirat yang kekal selamanya. Begitu mudah untuk memberi nasihat dan tazkirah tetapi begitu sukar untuk mengota dan merealisasikannya dalam kehidupan. Tanpa usaha yang bersungguh- sungguh, kita tidak mampu melaksanakannya.Samalah kita sama-sama menghayati firman Allah dalam ayat 2 hingga 3 surah as-Sof yang bermaksud :Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kotakan? Amat besar kebencian Allah di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kotakan.
AKHLAK MENUNTUT ILMU ::
1 ) Merasakan Tanggungjawab Ilmu
Diriwayatkan Daripada Muaz bin Jabal dia berkata RasulALLAH ShalALLAHu`alaihiwasalam bersabda:
“Tidak akan mara seseorang hamba di hari Akhirat melainkan telah ditanya mengenai 4 perkara: Berkenaan Umurnya ke mana yang telah dia habiskan. Berkenaan dengan Waktu mudanya apa yang telah dia lakukan. Berkenaan dengan hartanya dari mana diperolehinya dan ke mana dia belanjakan. Dan berkenaan dengan ilmu apa yang telah perbuat dengannya.”
(Riwayat oleh at-Tabarani dengan isnad yang sahih)
2 ) Menjaga Amanah Ilmiah
Sabda RasulALLAH ShalALLAHu`alaihiwasalam:
“Berilah nasihat pada ilmu, Sesungguhnya khianat seseorang daripada kamu terhadap ilmu adalah lebih dahsyat daripada khianatnya terhadap hartanya, Dan sesungguhnya ALLAH akan bertanya kepada kamu pada hari kiamat.”
(Riwayat At-Tabarani)
Di antara yang termasuk dalam daerah amanah ilmu adalah beberapa perkara berikut.
* Menasabkan atau menyandarkan pendapat dan fikrah (buah fikiran) kepada Tuannya.
* Menyampaikan ilmu yang diketahui, dan tidak malu untuk mengatakan “tidak tahu” jika dia tidak mengetahuinya.
3 ) Tawadduk
Para Ilmuan yang menyedari bahawa ilmu adalah lautan yang tidak bertepi tidak akan merasa sombong dan bangga dengan apa yang ada pada mereka. Bahkan selagi bertambah ilmu di dada, semakin bertambah sifat tawadduk.
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Tidak diberi kepada kamu ilmu kecuali sedikit sahaja.”
( Surah al-Isra’ ayat 85 )
4 ) Mulia Diri (Al-Izzah)
Para ilmuan hendaklah merasa mulia diri tidak merendahkan diri apabila berhadapan dengan pemerintah, golongan bangsawan, golongan kaya-raya dan yang seumpamanya,
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Kekuatan itu hanyalah kepada ALLAH, bagi RasulNya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.”
( Surah al-Munafiqun ayat 8 )
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi ALLAH-lah kemuliaan itu semuanya.”
( Surah Fathiir ayat 10 )
5 ) Beramal Dengan Apa Yang Dipelajari
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu sendiri melupakan diri (kewajiban)mu sendiri padahal kamu mambaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berfikir?”
( Surah al-Baqarah ayat 44 )
6 ) Sentiasa Berusaha Untuk Menyampaikan Ilmu
Firman ALLAH Azzawajalla:
“Dan (ingatlah) ketika ALLAH mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (iaitu):“Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya”, lalu mereka melemparkan janji itu ) ke belakang punggung mereka dan mereka menukarkannya dengan harga yang sedikit, Amatlah buruk tukaran mereka terima.”
( Surah Ali Imran ayat 187 )
ADAB TERHADAP GURU
Di antara adab yang harus dimiliki oleh seorang murid adalah murid tidak diperkenankan berbicara di depan guru kecuali seperlunya, dan tidak menampakkkan sedikit pun keadaan dirinya di depan guru. Dia juga tidak sepatutnya menggelar sajadahnya di depan guru kecuali pada waktu melakukan shalat. Jika telah selesai shalat, hendaknya dia segera melipat kembali sajadahnya. Murid harus selalu siap melayani gurunya dan orang yang duduk diruangannya dengan senang hati, ringan dan cekatan. Seorang murid harus bersunguh-sungguh jangan sampai menggelar sajadahnya sedang di atasnya ada orang yang lebih tinggi tingkatannya. Dia juga tidak boleh mendekatkan sajadahnya kepada sajadah orang yang lebih tinggi itu kecuali dengan izinnnya. Karena hal demikian dianggap kurang beradab bagi mereka.
Bila menemukan kemusykilan gurunya, seorang murid hendaknya diam meskipun memiliki penjelasan dan jawaban mengenainya. Akan tetapi, dia boleh mengambil apa yang telah Allah SWT bukakan baginya melalui lisan gurunya, kemudian menerima dan mengamalkannya. Jika melihat ada kekurangan dalam jawaban gurunya, seorang murdi tidak boleh membantah atau menolaknya. Bahkan, dia harus bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepadanya berupa keutamaan, ilmu, dan nur yang disembunyikan dalam dirinya. Dia tidak boleh memperpanjang perbincangannya dan tidak boleh mengatakan mengatakan,”Guru telah salah dalam masalah ini.” Dia tidak boleh membantah ucapannya kecuali terjadi secara spontan dan tidak sengaja. Jika demikian, dia harus segera menghantikan ucapannya dan menggantikan dengan diam, dan taubat serta bertekad tidak akan mengulanginya.
Murid juga tidak sepatutnya banyak bergerak seaktu mendengar di depan guru kecuali karena mendapat isyarat darinya. Dia juga tidak sepatutnya melihat pada dirinya memiliki suatu keadaan kecuali terjadi padanya suatu hal yang memaksanya untuk membedakan dan memilih. Apabila hal itu telah reda, hendaknya dia kembali kepada keadaan semula, diam penuh adab, tawadhu’ dan menyembunyikan rahasia yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Sungguh, kami telah menyebutkan hal ini, yakni tentang sikap, perbuatan atau ucapan yang tidak baik bagi seorang murid, tetapi kini justru kadang terjadi di madrasah atau pondok mereka. Memang tidak dipungkiri, murid yang dapat melakukan adab yang demikian sempurna itu termasuk murid yang benar dan bersungguh-sungguh. Sehingga makna sesuatu yang telah dia dengar itu menyalakan cahaya kebenaran dan menguatkannya. Kemudian dia akan sibuk di dalam cahaya itu dan tenggelam di dalamnya. Anggota badannya bergerak di tengah kaum, namun sebenarnya dia berada di sebuah batas yang penuh dengan kelezatan watak dan keinginan. Tiap orang akan membayangkan dekat orang yang merindukannya.
Murid yang bersungguh-sungguh, api kerinduannya tidak akan padam dan pancarannya tidak akan pernah redup. Kekasihnya tidak pernah ghaib dan penghiburnya tidak akan pernah jauh. Murid seperti ini akan senantiasa bertambah dalam kedekatan, kelezatan, dan kenikmatan. Tidak ada yang dapat mengguncangkan atau merubah keadaannya selain ucapan Dzat Yang dikehendakinya dan pembicaraan Dzat Yang Menolongnya. Meskipun pada saat itu, didekatnya banyak syair. Nyanyian, suara-suara teman-teman syetan, para pengikut hawa nafsu, dan para pengejar kesenangan. Seorang murid hendaknya tidak menentang seseorang pada saat ia mendengarkan dan tidak menolak seseorang dalam menuntut sesuatu yang diinginkan dan dirindukannya, berupa surga dan bidadari serta melihat Allah SWT di akhirat, yang mana ia telah zuhud terhadap dunia, kelezatan dan kesenangannya, anak-anak dan wanitanya. Ia telah berani bersabar atau keburukan, ujian dan cobaan di dunia serta berpaling kepada anak-anak di akhirat. Hendaknya dia menyerahkan semua itu kepada para guru yang ada. Sesungguhnya mereka itu dalam kekuasaan guru.
Bila belajar pada seseorang guru, dia harus percaya bahwa dikampung itu tidak ada orang yang lebih utama dari gurunya, sehingga dia akan berhasil mendapatkan apa yang dia cita-citakan, dan sang guru akan dapat menghadapkan kepada Allah SWT. Murid harus menjaga rahasianya ketika berkhidmat bersama Allah SWT dalam mencapai kehendaknya. Dia harus menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaannnya. Sesungguhnya melawan guru adalah racun yang sangat berbahaya. Jadi, jangan sampai murid menentang guru, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Dia tidak boleh menyembunyikan sedikitpun keadaan dan rahasianya terhadap guru, dan tidak memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diperintahkan kepadanya. Tidak sepatutnya bagi seorang murid bertekad meminta kemurahan atau meminta kembali kepada apa yang telah ditinggalkannya karena Allah SWT. Sesungguhnya hal itu merupakan kesalahan besar sekaligus kerusakan kehendak bagi ahli tharekat. Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW,”Orang yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”. Dia harus bersungguh-sungguh berpegang pada adab yang telah diperintahkan oleh gurunya, jangan sampai menjadi kurang beradab. Jika terjadi kekurangan dalam melaksanakan apa yang telah diisyararatkan gurunya, maka murid harus memberitahukan hal itu kepada gurunya sehingga guru akan memberikan arahan yang sesuai dengannya dan mendoakan agar mendapatkan taufik, kemudahan dan keberhasilan.
AKHLAK TERHADAP GURU
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan karana Allah.
b. Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
c. Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
d. Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
e. Jangan berjalan dihadapannya.
f. Jangan duduk ditempat duduknya.
g. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
h. Jangan membukakan rahasia guru.
i. Jangan melawan dan menipu guru.
j. Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
k. Memuliakan keluarganya.
l. Memuliakan sahabat karib guru.
Jumat, 15 Januari 2010
Liburanddd SeRuuuu . . . . ! !
Liburan kemarin, saya dan keluarga saya pergi ke Jakarta. Saya pergi ke Jakarta bersama keluarga saya dengan mobil. Perjalanan jauh kami lalui. Sorenya, sebelum ke Jakarta kami ke Metro terlebih dahulu. Disana kami berkumpul sebentar dan juga istirahat. Malamnya kami berangkat lagi ke Jakarta, dari Metro kami dibawakan ayam yang sudah diungkep untuk di Jakarta nanti. Kami kemudian naik kapal. Esok paginya, saya dan keluarga saya sampai di Jakarta, dan disana kami menginap di tempat saudara. Ternyata saudara saya sudah menunggu kedatangan kami. Stelah sampai kami pun istirahat. Di Jakarta kami berkeinginan untuk liburan. Selain untuk liburan, kami kesana juga untuk merayakan tahun baru bersama. Akhirnya semua keluarga sudahberkumpul. Ada 25 orang, Waww! Tak disangka. Pada malam tahun baru, kami mengadakan kebaktian dahulu. Setelah itu kami bakar ikan, bakar jagung, juga bermain kembang api. Malam tahun baru seru sekali, saya disana bisa bermain bersama keluarga. Esok harinya, kami pergi ke Pantai Anyer. Disana kami berenang, dan di pantai tersebut banyak karang. Sakiitnya menginjak karang-karang itu! Menjelang sorenya, kami kembali ke Jakarta. Malamnya kami istirahat, karena besoknya kami akan pergi ke tempat sepupu kami di Sukabumi. Esoknya, kami berangkat ke Sukabumi. Setelah itu, kami sampai di tempat saudara kami di Sukabumi dan beristirahat. Tak lama kemudian, kami ke Selabintana. Disana kami bermain bola dan melihat kebun teh dari bukit. Hal yang jarang sekali dapat saya lihat di Palembang. Karena Selabintana adalah daerah gunung, jadi ketika menjelang malam kami pun pulang dari sana karena kabut tebal sudah turun dari gunung, hujan juga sudah mulai turun. Setelah dari Selabintana, kami pun makan bakso. Maknyooss rasonyoo . . . Hehehe. Setelah itu. kami kembali ke rumah saudara kami di Sukabumi. Sesampainya, saya mandi. Weww, airnya dingin seperti air di kulkas. Bisa dibayangkan. Setelah itu, kami menginap semalam. Esok paginya, kami berpamitan untuk pulang. Namun, sebelum pulang kembali ke Jakarta kami singgah terlebih dahulu ke tempat sepupu saya di Ciracas. Tidak lama kemudian kami ke Taman Mini Indonesia Indah. Di TMII juga sangat ramai. Sampai-sampai kami mencari tempat parkir pun susah. Disana saya bermain di anjungan rumah daerah khas propinsi-propinsi di Indonesia. Saya juga bermain di Musium Transportasi. Setelah kami puas bermain di Taman Mini, kami pun pulang ke Jakarta tempat saudara saya. Sesampainya, kami pun beristirahat. Esoknya, kami berpamitan pulang kePalembang. Rasanya berat meninggalkan saudara kami disana, tetapi tetap saya harus pulang. Di perjalanan kami sungguh seru, karena kami menggunakan 2 mobil. Sorenya, kami sudah sampai di Lampung, kami pun bermain di Kalianda Resort. Serunya main di pantai, kami bermain sambil di terjang ombak yang lumayan besar. Saya sampai sedikit tertelan air laut. Hahaha! Sorenya kami pun pulang, namun sebelum ke Palembang kami mampir lagi dulu ke Metro, Lampung. Waktu pergi kami mampir, pulangnya kami jua mampir. Malamnya kami tiba disana. Disana kami makan ayam bakar. Enak,tapi pedes. Soalnya saya pakai cabe. Tapi tetap saya makan. Hehehe. Tengah malamnya, kami pulang, melanjutkan perjalanan pulang ke Palembang. Besok paginya, kami tiba di Palembang dan kami pulang ke rumah kami masing-masing. Liburan kali ini sungguh menyenangkan.
Langganan:
Postingan (Atom)